20 Desember 2008 By: Iswondo

Sikap Berlebihan Sebagian Umat Islam Terhadap Natal dan Tahun Baru Merusak Akidah

Syabab.Com- Siapa yang semestinya menjadi saudara bagi kaum Muslim? Orang kafirkah atau kaum Mukmin sendiri? Kepada siapa sebenarnya loyalitas kaum Muslim diberikan? Lalu mengapa kepada kaum Kafir bekerjasama sedangkan sesama muslim saling tendang menedang? Menyedihkan. Kondisi umat saat ini berada pada taraf berfikir ummah rendah yang mengakibatkan identitas dan kemuliaan Islam dan kaum Muslim pun pudar. Seperti ikut perayaan Natal Bersama. Hal ini tak pernah terjadi sebelumnya, melainkan setelah Islam sebagai way of life diinjak-injak dan institusi Khilafah Islam diporakporandakan.

Padahal, Rasulullah Saw dan para sahabatnya telah memberikan contoh bagaimana menunjukkan kemulian dan kewibawaan Islam dan kaum Muslim. Mereka tidak pernah mempermainkan akidah islam apalagi menjualnya dengan harga yang murah. Berbeda dengan saat ini, kaum Muslim seolah tak berdaya menunjukkan kemuliaan Islam dan kaum Muslim sendiri.


Sangat disayangkan masih ada diantara kaum Muslim yang kabur dalam persoalan ini. Seperti diungkapkan oleh Komandan Satkornas Banser, H. Tatang Hidayat saat menyiapkan barisannya untuk ikut mengamankan Natal dan Tahun Baru yang berkata, "Kita berupaya memberikan rasa aman bagi saudara kita yang akan melaksanakan ibadah di hari Natal".

Benarkah posisinya seperti itu? Terlalu berlebihan, padahal sudah jelas, yang semestinya menjadi saudara bagi kaum Muslim adalah kaum Muslim sendiri. Justru semestinya kaum Muslim mendakwahi dengan mengajak berfikir tentang kerusakan akidah mereka dan menunjukkan pada mereka kepada akidah yang benar. Juga sangat berlebihan dengan pengamanan natal atau gereja yang menimbulkan kesan bahwa sebagian umat Islam itu cikal bakal ketidakamanan dan selalu melakukan teror, padahal Islam sama sekali telah melarang melakukan tindakan kekerasan seperti perusakan fasilitas umum. Hingga setiap natal, Gereja pun musti diamankan, bahkan oleh sebagian elemen Islam lagi. Jelas ini akan memberikan kesan dan citra buruk negatif terhadap Islam. Bukankah Rasulullah Saw. senantiasa berdakwah dengan mengajak berfikir pada orang kafir? Lalu mengapa kesan semacam itu dimunculkan?

Natal dan Tahun Baru benar-benar telah menjadi perayaan baru bagi kaum Muslim di negeri ini. Bahkan kaum Muslim sibuk ikut-ikutan berpartisipasi dalam perayaan agama lain mulai dengan sekedar mengucapkan selamat, penggunaan aksesoris hingga ikut dalam Natal Bersama atau perayaan Tahun Baru. Padahal sudah jelas, Natal dan Tahun Baru bukanlah berasal dari akidah Islam. Ikut merayakan Natal Bersama sudah jelas keharamannya. Tentu ini akan merusak akidah kaum Muslim.

Memang saat ini berbagai upaya interfaith atau dialog antar agama terus digulirkan. Tujuannya tiada lain untuk memposisikan agama Islam itu tidak jauh berbeda dengan agama lainnya. Targetnya, kaum Muslim tidak perlu menyuarakan ajaran Islam secara keseluruhan demi toleransi. Akibatnya tak sedikit kaum Muslim memandang Islam sebatan ritual belaka. Akidah dan Syariat Islam yang sempurna tak perlu diungkapkan secara tegas dan lugas, karena khawatir merusak toleransi. Padahal seharusnya kaum Muslim melakukan dakwah kepada non-Muslim tersebut.

Demikianlah kondisi yang menyedihkan lagi-lagi menimpa umat Islam. Setelah sebelumnya, menyedihkan bagi kaum Muslim karena berhari raya pada dua hari yang berbeda yang tak pernah terjadi sebelumnya kecuali setelah ide nasionalisme mencengkram benak umat. Padahal semestinya pada hari itulah seharusnya kaum kaum Muslim bersatu dan menjadikannya sebagai hari Raya di samping Idul Fitri. Sekarang kaum Muslim malah sibuk dalam perayaan dan peribadatan non Muslim tersebut.

Ini semua disebabkan salah satunya ketika Islam tidak dijadikan sebagai ideologi, yakni jalan hidup yang memiliki akidah dan syariat yang lengkap. Ditambah lagi dengan tidak adanya institusi penjaga akidah dan syariah Islam tersebut membuat pudarnya kemuliaan dan kewibawaan Islam dan umatnya.

Kaum Muslim semestinya kembali kepada tuntutan syariat. Bersikap seperti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Di mana mereka senantiasa tegas berhadapan dengan kaum kafir dan juga mendakwahkan Islam kepada mereka. Tidak seperti saat ini, yang tidak tegas berdakwah atau mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam.

Hanya khilafah yang akan membawa kembali kemuliaan bagi kaum Muslim sehingga menempatkan kembali loyalitas mereka hanya untuk Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin dan bukan untuk kaum Kafir. Untuk itu, kaum Muslim sudah menjadi kewajiban untuk mengembalikan kembali kemulian Islam dan umatnya dengan berjuang demi tegaknya syariah di bawah payung bendera Rasulullah Saw. laa ilaaha illallah muhammad rasulullah. Kapan? Tentu saat ini, sebelum ajal tiba. Insya Allah! [opini/syabab.com]

0 komentar: